Senin, 09 Mei 2011

Mereka Berangkat Sekolah sejak Subuh...


Puluhan anak SD di Dusun terpencil di Desa Sumarrang, Kecamatan Campalagian, Polewali Mandar, Sulbar, berjuang tiba di sekolah. Mereka melintasi gunung, sungai dan belantara hutan
KOMPAS.COM Matahari belum lagi terbit saat Basirah dan Rahmah sudah siap berangkat ke sekolah. Jangan bayangkan perjalanan menuju sekolah seperti yang dilakukan oleh bocah-bocah di kota besar.

Untuk bisa tiba di sekolah, Basirah dan Rahmah, serta para siswa di Desa Sumarrang, Kecamatan Campalagian, Polewali Mandar, harus berjalan kaki sejauh belasan kilometer sejak subuh, menembus bukit, hutan, dan sungai.

Tak jarang anak-anak ini batal pergi ke sekolah jika sungai meluap dan jalan terputus. Selain itu, karena rute yang jauh, bocah ini pun terpaksa menyiapkan baju ganti dan bekal makanan dan minuman untuk di perjalanan.

Agar perjalanan tidak terasa melelahkan dan menakutkan, siswa memilih berjalan secara berkelompok. Basirah dan Rahmah pun selalu menunggu teman-teman mereka yang juga berjalan kaki ke sekolah. "Saya tunggu teman-teman lain karena saya takut jalan sendiri," ujar Basirah, Selasa (3/5/2011).

Hebatnya, akses jalan dan transportasi antardusun dan desa yang terbatas tak membuat anak-anak dusun ini patah semangat, apalagi berhenti sekolah. Kendati para orangtua hanya hidup sebagai buruh tani dan pembuat gula merah, toh mereka tetap mendorong semangat belajar anak-anak. Terbukti, tak ada satu anak pun yang putus sekolah di desa ini.

Kepala SD 14 Sumarrang Umar menyebutkan, agar siswanya tetap bersemangat sekolah, anak yang datang terlambat tidak diberi sanksi apa pun. Para guru menilai, sanksi malah bisa menurunkan semangat dan motivasi siswa datang ke sekolah.

Kegelisahan mengenai jarak pun tak hanya dialami murid. Umar mengungkapkan harapannya agar pemerintah bisa memberikan bantuan sarana angkutan, seperti kuda, agar aktivitas belajar-mengajar mereka di sekolah tetap bisa berjalan lancar. Maklumlah, tak semua guru, termasuk kepala sekolah, yang ditempatkan di sekolah ini berdomisili di desa yang sama. "Kami terpaksa bolak-balik dan berjalan kaki belasan kilometer ke sekolah setiap hari karena tak ada perumahan guru," katanya.

Warga dusun pun berharap pemerintah bisa membangun jalan desa untuk membuka isolasi desa. Bayangkan saja, warga yang hendak bepergian ke kota, selain berjalan kaki, juga harus menggunakan kuda ke Dusun Galung yang jaraknya sekitar 7 kilometer dari dusun mereka, sebelum naik kendaraan ke kota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post